Senin, 11 November 2013

Utang Piutang Dalam Masyarakat

20.30

Share it Please

Allah Ta'ala telah menciptakan manusia sebagai umat yang bersifat sosial, saling membutuhkan dan saling melengkapi. Tidak mungkin bagi siapa pun untuk hidup seorang diri. Bahkan syari'at Islam tidak membenarkan bagi umatnya untuk hidup menyendiri jauh dari keramaian. 

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَرِيَّةٍ مِنْ سَرَايَاهُ قَالَ فَمَرَّ رَجُلٌ بِغَارٍ فِيهِ شَيْءٌ مِنْ مَاءٍ قَالَ فَحَدَّثَ نَفْسَهُ بِأَنْ يُقِيمَ فِي ذَلِكَ الْغَارِ فَيَقُوتُهُ مَا كَانَ فِيهِ مِنْ مَاءٍ وَيُصِيبُ مَا حَوْلَهُ مِنْ الْبَقْلِ وَيَتَخَلَّى مِنْ الدُّنْيَا ثُمَّ قَالَ لَوْ أَنِّي أَتَيْتُ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ فَإِنْ أَذِنَ لِي فَعَلْتُ وَإِلَّا لَمْ أَفْعَلْ فَأَتَاهُ فَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنِّي مَرَرْتُ بِغَارٍ فِيهِ مَا يَقُوتُنِي مِنْ الْمَاءِ وَالْبَقْلِ فَحَدَّثَتْنِي نَفْسِي بِأَنْ أُقِيمَ فِيهِ وَأَتَخَلَّى مِنْ الدُّنْيَا قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ بِالْيَهُودِيَّةِ وَلَا بِالنَّصْرَانِيَّةِ وَلَكِنِّي بُعِثْتُ بِالْحَنِيفِيَّةِ السَّمْحَةِ 

Abu Umamah رضي الله عنه mengisahkan, "Pada suatu waktu, kami menyertai Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam salah satu peperangannya. Di tengah perjalanan, ada seorang sahabat yang melintasi suatu gua, yang padanya terdapat sedikit mata air. Spontan terbetik dalam hati sahabat itu suatu rencana untuk menetap di dalam gua itu, dengan mencukupkan diri dengan minum dari mata air tersebut dan memakan sayur-mayur yang tumbuh di sekitarnya, sehingga ia dapat menjauhi hingar-bingarnya kehidupan dunia. Selanjutnya, sahabat itu berpikiran 'Alangkah baiknya bila aku terlebih dahulu menemui Nabi صلى الله عليه وسلم guna menyampaikan rencanaku ini, bila beliau mengizinkan maka aku akan menjalankan rencanaku ini, dan bila tidak maka aku pun akan mengurungkannya'. Ia pun segera menemui Rasulullah صلى الله عليه وسلم dan bertanya kepadanya, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya baru saja saya melintasi suatu gua dan di sana terdapat air serta sayur-mayur. Terbetik di benakku untuk menyendiri di dalamnya, dengan demikian aku dapat meninggalkan segala urusan dunia.' Mendengar pernyataan sahabat ini, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, 'Sesungguhnya aku tidak diutus dengan agama Yahudi dan tidak juga dengan agama Nasrani. Akan tetapi, aku diutus dengan membawa agama yang lurus dan lapang.'" (Riwayat Ahmad, ath-Thabrani, dan dinyatakan oleh al-Albani sebagai hadits hasan.)

0 komentar:

Posting Komentar